Header Ads

CINTA KASIH MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN


          Cinta / kasih sayang, cinta sangat diperlukan untuk kesehatan mental dan fisik seseorang. Lingkungan dimana ia tinggal sangat berpengaruh pada sosialisasi. Lingkungan yang “buruk” akan mempengaruhi perkembangan pribadinya. Contoh : Dari keluarga “Broken Home” akan berpengaruh negatif pada perkembangan pribadi anak seperti rendah diri, suka berontak, nakal dan sebagainya.
           Semua cinta/kasih yang kita dapatkan tidak akan membuat hidup kita merasa kesepian, orang-orang sekitar yang memberikan sebuah didikan budaya kasih sayang sangatlah penting demi membentuk kepribadian diri kita. Dari semua hal yang kita lihat dan dapatkan selalu menjadi pembelajaran yang membuat kita berfikir dimana dapat memberikan suatu pembelajaran secara psikologis. Peranan keluarga dan kerabat dekat sangatlah penting keberadaannya dalam hal ini.
            Pengalaman cinta kasih orangtua membawa pengalaman manis, hangat, dekat, aman, akrab, membekas, dan menyumbang pengalaman psikologis yang melekat pada kepribadian kita. Pengalaman itu bisa sangat mempengaruhi cara kita berelasi dengan orang lain, dan kelak pasangan serta anak-anak kita. Pola kita dalam mengasihi kadang amat ditentukan oleh bagaimana kita menangkap cinta kasih orang tua kita sejak kita kecil.
            Pengalaman negatif, seperti luka-luka batin masa lalu, trauma, dan keterpecahan dalam keluarga, mau tak mau menjadi bagian yang tak terpisah dalam relasi kita dengan suami/ isteri serta anak-anak. Memang benar bahwa sebagian diri kita adalah pahatan masa lalu yang membekas dan mewujud secara baru dalam pribadi kita.
           Pengalaman baik dengan orang tua yang mengasihi dapat diteladani oleh anak-cucu mereka. Dengan pengalaman itu, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang mencintai dan mengasihi. Pola pengasuhan yang baik dan mendewasakan akan dapat menjadi teladan bagi mereka ketika mereka membina keluarga sendiri dan menciptakan situasi yang kurang lebih meneladan pengalaman di rumah bersama orang tua dulu. Kehangatan seorang ibu, kebiasaan komunikasi ayah, sikap memahami dan keterbukaan orang tua tentu sangat mempengaruhi kepribadian seseorang ketika ia sendiri membangun keluarga.
           Tidak dipungkiri bahwa kita melihat banyak orang tua berperan menjadi penasihat yang bijaksana bagi putra-putri mereka menghadapi masalah. Orang tua seperti ini biasanya tahu waktu untuk mengambil jarak sewajarnya dari kehidupan anak-anaknya dan waktu memberi pertimbangan dan usulan positif ketika diperlukan. Banyak orang tua berhasil menyelamatkan perkawinan putra-putri mereka melalui nasihat keibuan dan penyadaran seperlunya.
          Sebaliknya, dalam beberapa kasus lainnya, orang tua justru melakukan intervensi dalam kehidupan anak-anak dan keluarga mereka. Mereka membuat anak mereka tetap menjadi “anak mami” yang tak pernah dewasa dan tak mampu berkeputusan. Fenomena ini terjadi pada beberapa keluarga muda dan membawa masalah dalam relasi suami isteri. “Anak mami” mempunyai kesulitan memutuskan, egois, kurang mempunyai daya juang, malas, dan menuruti apa saja yang dikatakan ibunya. Kalau terjadi seperti ini, keluarga menghadapi ancaman karena orang tua tak mampu mengendalikan diri dan semakin membuat anak dan seluruh keluarganya repot.
         Cinta kasih orang tua dalam hal ini malah membuat belenggu bagi anak-anak yang sudah menikah. Pertentangan mertua-menantu kadang kita dengar. Persoalan internal rumah tangga bisa menjadi semakin runcing dengan keterlibatan orangtua/mertua yang tampil dengan nasihat yang tidak cocok dengan situasi rumah tangga. Kalau suami selalu memilih keputusan ibunya dan mengabaikan isterinya, tentu hubungan suami dan isteri menjadi terganggu dengan adanya pihak ketiga yang tak terkalahkan itu.
        John Bowlby seorang psikolog perkembangan, percaya bahwa pengasuhan pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan sosial seseorang. Kemampuannya berelasi secara wajar sebagai orang dewasa harus dipupuk oleh orang tua sejak anak berusia dini atau kelak ia akan menjadi benalu keluarga dan bahkan tak memiliki kemampuan untuk mandiri. Bowlby menyebutnya dengan teori “Attachment”.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.